Legenda 2 Naga dan Tuan Tapa, Tinggalkan Bekas Jejak Telapak Raksasa di Aceh Selatan
BAGI warga Aceh Selatan
dan Tapaktuan sendiri khususnya, legenda telapak kaki raksasa yang diyakini
milik Tgk Syekh Tuan Tapa dengan kisah dua Naga merupakan sebuah kisah yang
sangat populer dan bagi rakyat Aceh umumnya legenda ini adalah menjadi sebagai
aset dan kebanggaan tersendiri.
![]() |
Dua Naga dengan Tuan Tapa (ilustrasi) - telapak kaki raksasa
Tuan Tapa (asli)
|
Legenda tersebut terus
menjadi kisah yang melegenda di kalangan warga Aceh Selatan. Kisah yang selalu
diceritakan turun-temurun kepada anak dan cucu mereka masih terus berlanjut dan
berkembang hingga sekarang.
Kisah ini makin disahihkan dengan adanya situs atau bukti sejarah yang mengarahkannya. Seperti adanya telapak raksasa yang konon katanya merupakan tapak kaki Tgk Syekh Tuan Tapa yang terkenal alim lagi karomah. Dan juga ada batu yang berbentuk naga yang masih bisa dijumpai sampai dengan sekarang.
![]() |
Makam Tgk Syekh Tuan Tapa yang besar dan panjang |
Makam Syekh Tuan Tapa yang ukurannya besar dan
panjang masih terawat dan terjaga. Dan tiap harinya ada saja penziarah yang
datang berkunjung serta berdoa, bahkan kadang-kadang ramai orang yang sengaja
jauh-jauh untuk melepaskan hajatan (nazar) di makamnya karena diyakini Tuan
Tapa memiliki karomah dan menjadi sebagai wasilah untuk berdoa kepada Allah.
Dari beberapa nama perkampungan dan wilayah di kawasan ini juga sangat terkait dengan kisah ini. Sekarang Tapaktuan merupakan ibukota kabupaten Aceh Selatan. Aceh Selatan sendiri berada sekitar 400 KM kea rah selatan kota Banda Aceh. Berbatasan langsung dengan Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Nagan raya, dan Kota Administratif Subulussalam.
Di Aceh Selatan ini juga banyak terdapat
pesantren atau dayah salafiah. Salah satu yang terkenal adalah Dayah Darussalam
yang terletak di Pesisir Pantai yang bernama Labuhan Haji. Nama Labuhan
Haji sendiri diberikan karena kawasan ini dulunya merupakan pelabuhan untuk
keberangkatan menuju Haji. Sedangkan dilafalkan dengan kata Labuhan Haji.
Berikut video dokumenter tentang Tapak Raksasa Tuan Tapa beserta kisah 2 Naga :
Kisah Tuan Tapa dengan 2 Naga
Konon di zaman dahulu kala, di Aceh Selatan hiduplah seorang manusia yang bertubuh besar dan tinggi sebesar 7 meter. Sepanjang hari ia hanya bertapa sambil berzikir didalam gua, ia dijuluki Tuan Tapa.
Setaip detik ia tidak pernah lupa menyebut nama Allah Swt. Lidahnya selalu basah dengan zikir. Jika lupa sesaat saja mengingat Allah, ia segera bertaubat dan memohon ampun.
Allah.. Allah.. Allah.. adalah kata
yang telah menjadi hiasan lidah dan hatinya. Segala pikiran dan perhatiannya
terpusat semata-mata kepada Allah.Jika sudah demikian, lenyap sudah
kesadarannya.
Dalam keadaanya demikian, ia sering memperoleh ilham atau petunjuk dari Allah. Petunjuk itu sering diterimanya melalui mimpi atau dalam keadaan sadar. Ia memperoleh banyak pengetahuan dan rahasia alam gaib.
Suatu hari datanglah dua ekor binatang
ke gua di mana Tuan Tapa berada.
“Masya Allah, siapa gerangan kalian?
Binatang atau jin” ujar Tuan Tapa masih dalam kekagetannya.
“Selamat
pagi Tuan, kami adalah sepasang naga yang diusir dari sebuah negeri di seberang
lautan yang disebut Negri China. Kami adalah Naga Jantan dan Betina” ujar Naga
Jantan sopan.
“Apa kesalahan kalian hingga
diusir?
Apa pula tujuan dan maksud kalian
datang kemari?” Tanya Tuan Tapa.
“Kami diusir karena tidak mempunyai anak.
Bangsa kami beranggapan bahwa kami berdua adalah pembawa sial dan tidak patut
tinggal disana. Bila nanti kami mempunyai anak, baru kami diizinkan
kembali ke sana. Untuk itu mohon izinkanlah kami menetap disini” ucap Naga
Betina.
“Baiklah, aku mengizinkan kalian
tinggal disini. Tapi ada syarat-syarat yang harus kalian patuhi” kata Tuan
Tapa. “Apa syarat-syaratnya tuan?” tanya Naga Jantan.
“Pertama kalian tidak boleh menggangu
ketenanganku saat bertapa. Kedua, kalian tidak boleh membuat kekacauan disini.
Yang terakhir kalian tidak dibenarkan menggangu tumbuh-tumbuhan dan
binatang-binatang yang ada. Namun kalian boleh makan tumbuh-tumbuhan dan
bintang sebanyak yang kalian butuhkan untuk kelangsungan hidup” kata Tuan Tapa.
Mendengar syarat-syarat yang diajukan
oleh Tuan Tapa itu, kedua naga tersebut bermusyawarah. Beberapa saat kemudia
Naga Jantan berucap” Baiklah kami menyetujui persyaratan tersebut, namun
dimanakah kami akan tinggal?”
“Tempat tinggal kalian tidak jauh dari
sini. Jaraknya sekitar enam kali panjang tubuh kalian, yaitu sebuah gunung di
sebelah Timur”
“Baiklah, terima kasih atas kemurahan
hati Tuan. Kami akan berangkat sekarang” ujar kedua naga itu
Kedua naga tersebut berenang menuju ke
gunung yang diceritakan Tuan Tapa. Gunung itu sekarang berada di kawasan
lembah Gunung Naga,Letaknya sekitar 6km dari timur kota Tapaktuan. Namun,
ketika sampai di gunung tersebut betapa terkejutnya kedua naga tersebut ketika
Tuan Tapa terlihat sudah berdiri di hadapan mereka.
“Wah, kapan Tuan Tapa kemari? Bukankah
Tuan Tapa tadi berada di gua di muara sungai? Padahal kami sudah berenang
dengan sekuat tenaga, tetapi tiba-tiba Tuan Tapa sudah berada disini mendahului
kami. Atau Tuan Tapa ternyata ada 2?” Tanya naga Jantan dengan nada heran.
“Sebenarnya aku sudah berada disini
daritadi, hanya aku manusia yang tinggal disini. Maksudku datang kesini untuk
memberi tahu kalian bahwa di sekitar tempat inilah kalian boleh tinggal.
Kalian boleh mendaki gunung dan di
gunung tersebut banyak gua yang bisa kalian pilih sebagai tempat berlindung.
Nah sekarang aku pergi dulu ketempat pertapaan’ kata Tuan Tapa meninggalkan
kedua Naga itu.
“Sungguh ajaib Tuan Tapa itu. Dia
pasti bukan orang sembarangan.Ia adalah orang sakti” ucap Naga Jantan kepada
naga betina.
“Ya, tuan tapa memiliki kelebihan
ketimbang manusia biasa lainnya” ucap naga Betina.
“Baiklah,ayo kita naik ke gunung”ucap
naga Jantan.
Kedua naga itu naik ke gunung,dan
batu-batu dan tanah yang dilalui kedua naga itu berjatuhan ke pantai.Saat ini,
jalan bekas kedua naga itu disebut “Gunung Jalan Naga”
Keesokan harinya, kedua naga itu
berniat jalan-jalan di laut Aceh Selatan itu sekaligu mencari makan. “Bagaimana
jika kita mencari makan di daerah Timur, suamiku?” tanya Naga
Betina. “Boleh lah” ucap naga Jantan.
Kedua naga itu berenang dengan
kecepatan yang menakjubkan menikmati keindahan laut itu. Ikan Hiu-hiu ikut
berenang cepat menghindari kedua Naga itu. Ada sedikit hiu yang mencoba melukai
tubuh kedua naga itu.
Lalu bagaimana mungkin kawanan hiu melukai naga?
Kulit naga dipenuhi sisik-sisik besar
dan tebal untuk melindungi tubuhnya.
Saat asyik berenang kedua naga itu
melihat benda-benda kecil berwarna merah yang mengapung di permukaan air laut.
Benda itu jumlahnya puluhan ribu
berserakan di laut. Kedua naga itu mendekati benda itu dan ternyata benda itu
adalah buah Pinang.
“Banyak sekali pinang itu suamiku”
ucap Naga betina.
“Benar, sebaiknya kita berinama Air
Pinang”ucap Naga Jantan. Hingga saat ini daerah itu masih ada dan bernama Desa
Air Pinang.
Mereka melanjutkan perjalanan, dan
kemudian menyedot sekawanan ikan-ikan yang berada di sekitar batu karang dengan
mudahnya. Saat sedang asyik menghisap ikan kecil itu tiba-tiba sebuah bukit
kecil terbang menuju ke tepi pantai.
Melihat kejadian aneh itu kedua naga itu berhenti memangsa ikan.
“Apakah bukit itu betul-betul terbang,
atau ini hanya mimpi?” ucap naga Jantan.
“Ya, bukit itu benar-benar terbang
suamiku” ucap naga Betina.
Tidak lama kemudian bukit itu turun
perlahan tidak jauh dari tempat kedua naga itu. Saat ini daerah itu masih ada
dan menjadi pemukiman yang bernama Pemukiman Terbangan.
Daerah itu termasuk dalam Kecamatan Kluet Utara, 17 km dari Tapak Tuan. Kedua naga itu kemudia melanjutkan memangsa ikan-ikan kecil itu dan tidak lama kemudian mereka balik menuju gunung tempat mereka tinggal
Suatu hari seperti hari-hari
sebelumnya, kedua naga itu kembali berenang ke laut mencari makan, sekarang
mereka pergi ke barat. Mereka meluncur menyusuri kawasan pinggir pantai menuju
ke daerah barat. Mereka membelah ombak lautan yang bergulung-gulung.
“Hari ini ombak agak besar, suamiku!
Seru Naga Betina.
“Tidak mengapa, istriku. Kita perlu
melihat-lihat daerah baru. Mungkin di daerah itu kita akan melihat hal-hal yang
aneh seperti yang kita saksikan di daerah timur,” kata Naga Jantan.
Setelah kedua naga berenang beberapa
saat, mereka melihat sekelompok udang besar yang sedang berenang menuju ke
muara sungai.
“Cepat, suamiku! Ayo kita kejar
sekelompok udang besar itu!” seru Naga Betina.
Kedua naga itu berenang semakin cepat.
Setelah dekat dengan kelompok udang, dihirupnya air laut kuat-kuat sehingga
seluruh udang masuk ke dalam perut mereka. Hingga sekarang, tempat itu disebut
Desa Air Berudang dan termasuk salah satu desa di Kecamatan tapaktuan.
Ketika kedua naga itu hendak pulang
kembali ke gua, dari tengah lautan, mereka mendengar suara tangis bayi. Suara
tangis itu semakin lama semakin keras dan jelas.
“Oh, suara itu seperti datang dari
tengah laut, Suamiku. Ayo, kita berenang ke sana!” seru Naga Betina.
Begitu sampai di tengah laut, kedua
naga itu sangat terkejut. Mereka melihat seorang bayi sedang terapung-apung di
dalam sebuah ayunan yang terbuat dari anyaman rotan. Anehnya, ayunan rotan itu
tidak kemasukan air.
“Padahal anyaman ayunan rotan ini
jarang-jarang, tapi kok tidak kemasukan air, ya? Kalau begitu, bayi ini pasti
bukan bayi sembarangan,” kata Naga Betina.
Yang mengherankan kedua naga tersebut,
begitu mereka tiba di tempat peristirahatannya, ternyata Tuan Tapa sudah
berdiri di depan pintu gua.
“Apakah kalian sudah memeriksa bayi
itu baik-baik? Sudahkah kalian periksa apakah bayi itu laki-laki atau
perempuan?” tanya Tuan Tapa.
“Sudah, Tuan. Bayi yang kami temukan
seorang bayi perempuan dan di telapak kaki kakan bayi ini terdapat tahi lalat
sebesar lingkaran pusatnya,” sahut Naga Betina. “Tapi, kami belum tahu
dengan apa memberi makan bayi ini, Tuan,” kata Naga Jantan.
“Itulah yang akan kusampaikan. Bayi
itu bukan keturunan binanatang seperti kalian. Dia adalah anak manusia yang
harus dirawat dengan baik,” kata Tuan Tapa. “Lalu, bagaimana cara
merawatnya, Tuan?” tanya Naga Betina sambil menatap bayi itu penuh kasih sayang.
“Cara merawatnya sangat mudah. Benda
ini harus kalian isapkan kepada bayi itu setiap dia menangis. Benda ini adalah
pengganti air susu yang kuambil di atas puncak gunung sana,” ujar Tuan Tapa
sambil menunjuk ke utara, tempat gunung yang biru dan menjulang tinggi. Benda
itu adalah sebuah dot bayi yang sudah diisi susu.
Kemudian, Tuan Tapa menjelaskan kepada
kedua naga bahwa untuk menjaga keselamatan sang bayi dari gangguan binatang
liar dan buas, ia memerintahkan seekor harimau untuk menjaganya setiap hari.
Harimau itulah yang akan selalu setia mengawasi bayi tersebut hingga dewasa dan menjadi seorang putri. Putri yang menjadi seorang gadis yang cantik.
Ia bermata jeli, hidungnya mancung,dan
kedua pipinya berlseung pipit. Rambutnya panjang hitam dan legam dan sedikit
ikal. Kulitnya kuning langsat, mulus, dan licin tanpa tandingan. Ia diberi nama
putri naga.
Hari demi hari dilalui putri naga itu
demikianlah keadaan sang Putri, Ia terhibur selalu dengan sikap kedua naga itu
dan penjagaan dari sang Harimau yang setia mengawasinya.
Suatu hari, Ia bertanya kepada dirinya
sendiri kenapa ia berbeda dengan orang tuanya. Ia bertanya kepada harimau yang
selalu menjaganya,namun harimau itu menjawab” Saya tidak tahu tuan Putri. Saya
ditugaskan Tuan Tapa hanya untuk menjaga dan mengawal tuan Putri.”
Karena tidak puas dengan jawaban
harimau, Ia menanyakan kepada daun-daun kering yang berjatuhan.
“Saya sendiri tidak tahu kenapa harus
berubah warna dari hijau menuju kuning kecokelatan, kemudian jatuh dari dahan
dan jatuh ke bumi. Untuk itu coba tuan putri tanyakan pada sang Awan” ucap daun
itu.
Kemudian Tuan Putri itu bertanya
kepada sang Awan.
“Oh tuan Putri saya ini hanya
sekumpulan dari air yang mengalir lewat berbagai sungai besar dan kecil di atas
bumi. Untuk itu tanyakan saja pada bumi”
Kemudia ia bertanya kepada bumi, dan
medesak bumi untuk menjawab pertanyaannya.
“Saya ini sama dengan daun, harimau
ataupun sang awan, Kami sama-sama makhluk ciptaan Tuhan. Saya tidak begitu tahu
asal-usul putri. Coba putri tanyakan saja kepada Tuan Tapa”
Saat itu juga Putri Naga itu bergegas
pergi menuju ke tempat Tuan Tapa, lalu tiba-tiba Tuan Tapa itu sudah berdiri
didepan sang Putri itu.
“Wahai putri bungsu.Kamu adalah anak
seorang raja.Ketika kamu masih bayi, kamu hanyut di tengah lautan.
Saat kamu terapung-apung di lautan kedua naga itu datang menyelamakanmu dan mengangapmu sebagai anaknya. Tidak lama lagi orang tuamu akan menjemputmu” ucap Tuan Tapa.
“Oh tuan Tapa yang sakti. Betulkah
ayah saya seorang raja dan nama saya adalah putri bungsu?" Tanya Putri.
"Benar
ayahmu adalah raja kerajaan Asralanoka, didekat pulau India. Kamu diberi nama
putri bungsu karena kamu paling kecil diantara tiga bersaudara” jawab Tuan Tapa.
Mendengar perkataan Tuan Tapa itu sang
putri Bungsu langsung pergi meninggalkan Tuan Tapa. Beberapa hari kemudia
datanglah orang tua asli putri tersebut dan meminta izin Tuan Tapa untuk
bersedia mengambil kembali anak mereka.
Tuan
Tapa menyuruh agar meminta izin kepada kedua naga itu sebagai sang penyelamat
putri tersebut. Orang tua kandung putri itu pun meminta izin kepada kedua
naga itu. Namun kedua naga itu menolak. Mengetahui hal itu Tuan Tapa pun ikut
campur tangan.
“Putri itu adalah anak dari manusia
dan bukan keturunan kalian wahai sang naga. Kalian tidak berhak untuk
melarangnya pergi bersama orang tua kandungnya” ucap Tuan Tapa.
“Tidak, kamilah yang membesarkan dan
merawak putri ini. Kami berhak memilikinya” ucap naga Jantan.
Kedua naga itu tetap bersikukuh
menolak hal itu. Dan kedua naga itu berencana membawa putri itu bersama mereka
menuju ke Negeri Cina. Namun Tuan Tapa tidak membiarkan hal itu terjadi
sehingga terjadilah perkelahian sengit antara kedua makhluk sakti tersebut.
Naga Jantan menyerang Tuan Tapa dengan
ekornya sehingga Tuan Tapa terbanting dalam lembah. Naga Jantan menghampiri
Tuan Tapa dan terus menyerang kembali dengan ganas sambil mengerang dan membuka
mulutnya lebar-lebar.
Tuan Tapa berusaha menghindari setiap
serangan yang dilayangkan oleh Naga Jantan. Ada serangan Naga Jantan yang
mengenai kaki Tuan Tapa dan Tuan Tapa pun sempat terlempar ke laut.
Melihat kakinya berdarah, Tuan Tapa
pun marah dan menggunakan tongkatnya. Ketika Naga Jantan mengeluarkan serangan
berikutnya, Tuan Tapa menyambutnya dengan libasan tongkatnya. Tubuh Naga pun
terpelanting ke udara dan jatuh berkeping-keping di pantai.
Darah dari tubuh naga yang hancur itu
tumpah ke mana-mana. Hingga saat ini bekas tubuh naga yang berupa gumpalan
darah dan hati itu masih dapat dilihat di pantai Desa Batu Hitam dan Batu
Merah, sekitar 3 km dari kota Tapaktuan dalam bentuk batu.
Sekarang Naga Betina pula
menyerang Tuan Tapa, tapi serangan itu dapat dipatahkan oleh Tuan Tapa,
meskipun tongkat dan topi Tuan Tapa sempat tercampak ke laut, dan hingga
sekarang tongkat dan topi itu masih ada dan telah menjadi batu yang terdapat di
kawasan pantai Tapaktuan.
Sementara Naga Betina yang hendak melarikan Putri Bungsu gagal.
Malah hewan itu mengamuk sambil
melarikan diri ke negeri Cina. Dalam pelariannya itulah Naga Betina membelah
sebuah pulau di kawasan Bakongan hinga menjadi dua bagian, dan hingga sekarang
pulau itu bernama Pulau Dua.
Bahkan hewan itu mengamuk sambil
memporak porandakan sebuah pulau. Pulau itu terpecah-pecah hingga 99 buah.
Itulah hingga kini disebut Pulau banyak yang terdapat di Kabupaten Aceh Singkil.
Sejak kejadian itu Tuan Tapa jatuh
sakit. Dan seminggu kemudian meninggal dunia. Jasadnya dikuburkan di dekat
Gunung Lampu(tepatnya di Kelurahan Padang, Tapaktuan). Sang putri berhasil
kembali bersama orangtuanya namun mereka menetap di Aceh Selatan.
Menurut cerita di atas, merekalah asal usul
masyarakat kota Tapaktuan. Dari kejadian itulah, ibu kota Aceh Selatan diberi
nama Tapaktuan, artinya telapak kaki Tuan Tapa.
Penulis & Editor :
Yanda Mahyalil Aceh
Saduran sumber :
Legenda Tapaktuan
Kisah Naga Memelihara Bayi Raja
Penerbit Mitra Gama Widya
Post a Comment