Perbincangan Dua Orang Ini (Sunni Vs Wahhabi) Tentang Khawarij
Ada hal
menarik di teras mesjid saat kedua orang (Pak Gendut dan Pak Abi) yang baru
saja usai melaksanakan shalat berjamah. Tidak sengaja saat mereka
hendak keluar mesjid, keduanya meihat papan pengumuman yang menuliskan jadwal
pengajian yang bertemakan "Khawarij.
Saat itu juga
muncul sebuah celoteh dari Pak Abi, "O oo.. bahaya Khawarij". Secara
reflekpun Pak Gendut menjawabnya "yaa.. bahaya sekali tuh". Maka saat
itu, secara tidak sengaja terjadilah perbincangan di antara keduanya di teras
mesjid. Kebetulan di antara keduanya itu berbeda pemahamannya dalam akidah, Pak
Gendut pengikut Aswaja /Sunni, sedangkan Pak Abi adalah Wahhabi.
Berikut ini
berupa perbincangan antar mereka :
Wahhabi
:
“Kitab-kitab
madzhab Hanbali itu kitab-kitab Wahhabi. Apa yang Anda tidak setuju? Anda tidak
boleh menilai negatif mereka kecuali dengan apa yang tertulis dengan jelas
dalam kitab-kitab mereka, bukan berdasarkan informasi dari pihak lawan
Wahhabi”.
Sunni :
“Oke,
sebelumnya saya tanyakan, bagaimana menurut Anda mengenai aliran Qaramithah?”
Wahhabi :
“Mereka
orang-orang kafir dan mulhid”.
Sunni
:
“Orang-orang
Qaramithah berasumsi bahwa madzhab mereka itu madzhab Ahlul Bait. Menurut
mereka, kitab-kitab Ahlul Bait itu kitab-kitab Qaramithah. Bukankah dalam
kitab-kitab Ahlul Bait itu hanya kebenaran dan cahaya?”
Wahhabi :
“Qaramithah
itu berbohong. Para sejarawan telah mencatat kekafiran dan kebohongan
Qaramithah.”
Sunni
:
“Anda
menganggap kesaksian sejarawan sebagai hujjah?”
Wahhabi :
“Ya, karena
al-Syafi’i menjelaskan bahwa informasi para sejarawan secara kolektif dari
banyak orang ke banyak orang lebih ia senangi daripada hadits yang diriwayatkan
seorang ahli hadits, melalui seorang perawi dari seorang perawi.”
Sunni :
“Kalau begitu
Anda harus menerima argumentasi saya. Bukankah para sejarawan yang menyaksikan
lahirnya Wahhabi mencatat kekafiran mereka yang nyata. Perbuatan seseorang
sangat kuat sebagai hujjah dan dalil, meskipun lidahnya tidak mengakuinya.
Qaramithah ketika menghalalkan darah dan harta benda kaum Muslimin, maka tanpa
ragu-ragu para ulama meyakini kekafiran mereka.
Demikian pula
generasi awal aliran Wahhabi, perbuatannya sama dengan Qaramithah, mengkafirkan
dan membantai kaum Muslimin.”
(Akhirnya Pak Abi atau Wahhabi ini emosi, ia tidak mampu mengendalikan bicaranya dengan
kalimat-kalimat yang sulit dimengerti).
Sunni
:
“Bagaimana
pendapat Anda tentang hadits-hadits yang menerangkan tentang Khawarij. Dalam
hadits-hadits tersebut diterangkan bahwa Khawarij keluar dari agama, mereka
akan menjadi anjing-anjing di neraka dan mereka seburuk-buruk orang yang
dibunuh di bawah langit?”
Wahhabi :
“Hadits-hadits
yang ada memberikan kesimpulan yang pasti dan tanpa keraguan bahwa Khawarij
memang keluar dari agama dan berhak menerima murka Allah subhanahu wa ta’ala.
Tetapi mereka orang-orang yang diperangi oleh Ali bin Abi Thalib radhiyallahu
anhu di Nahrawan. Wahhabi bukan bagian dari mereka.”
Sunni
:
“Mengapa
Khawarij berhak menerima murka Allah subhanahu wa ta’ala. Apakah karena shalat
mereka lebih baik dari pada shalat para sahabat dan puasa mereka lebih baik
dari pada puasa sahabat?”
Wahhabi :
“Bukan karena
itu”.
Sunni :
“Atau karena
mereka zuhud, bersahaja, membaca al-Qur’an dengan rajin dan sungguh-sungguh dan
sering mengeluarkan hadits-hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam?”
Wahhabi :
“Bukan karena
itu”.
Sunni :
“Kalau bukan
karena itu, lalu karena apa?”
(Wahhabi
terdiam dan tidak bisa menjawab).
Lalu Sunni
menjawabnya lagi :
“Hal itu
karena Khawarij mengkafirkan dan menghalalkan darah dan harta benda kaum
Muslimin yang berbeda dengannya. Mereka mengklaim bahwa hanya mereka kaum
Muslimin, selain mereka jelas kafir musyirk. Sudah barang tentu, kelompok yang
memiliki konsep ajaran seperti Khawarij, juga berhak menerima ancaman seperti
mereka.” (Pak Abi jadi acuh tak acuh). [yma]
Sumber
:
Gubahan Buku
Pintar Berdebat dengan Wahhabi
Post a Comment