Ungkap Fakta Petaka Wahhabi, Ini Dia Kata Mufti Makkah Dalam Kitabnya
Mudhiatulfata.net - Ungkapan sejarah masa munculnya Wahhabi di Hijaz dengan dua tanah suci (haromain) yang kini telah direbut Arab Saudi, telah tersebutkan di dalam beberapa keterangan dari sejumlah kitab-kitab para ulama.
Di antaranya oleh Mufti dan Imam Besar Masjidil Haram di Makkah
Al-Mukarromah, Syaikh Ahmad bin Zaini bin Dahlan (1816-1886 M/1231-1304 H), masa sebelum Wahhabi
menguasai negeri Hijaz, yang dikuatkannya dalam keterangan karangan dua kitabnya yang berjudul Ad-Durar as-Saniyah fir Radd ‘Alal Wahabiyah (Mutiara-Mutiara Berharga sebagai Bantahan terhadap Wahabiyah) dan Fitnatul Wahabiyah (Petaka Wahabisme).
Sesuai doa Rasulullah Saw berdoa, “Ya Allah berkatilah
kawasan Syam kami dan berkatilah Yaman kami”, ada yang meminta “Berkati Najd
juga” namun Rasul enggan mendoakan Najd bahkan bernubuat darinya akan datang
gempa, petaka dan tanduk setan (HR Bukhari dan Muslim).
Nubuat ini mungkin terlalu dihubung-hubungkan dengan tempat kelahiran
Muhammad bin Abd Wahhab, namun bagi Syaikh Ahmad Zaini Dahlan nubuat ini
relevan dengan munculnya sosok Muhammad bin Abd Wahhab.
Dan memang, kawasan Najd menjadi daerah yang penuh gejolak dalam sejarah
Islam. Pada era Rasululullah Saw, muncul sosok Musailamah al-Kadzdzab yang
mengaku nabi, kelompok Khawarij pembunuh Imam Ali juga datang dari kawasan ini.
Pada era Dinasti Umawi, kelompok Khawarij berhasil mendirikan sistem
pemerintahan sendiri.
Dalam kajian sejarah Islam mencatat kekacauan, gempa dan “tanduk setan”
muncul dari kawasan ini. Syaikh Ahmad Zaini Dahlan dalam menulis bantahan
terhadap Muhammad bin Abd Wahab menyimpan kegeraman yang luar biasa.
Saat menulis sejarah Muhammad bin Abd Wahhab sampai periode wafat,
beliau menggunakan kata “halakal khabitsu sanah 1206 H,” maknanya si busuk ini
mampus tahun 1206 H.
Halaka penggunaan kata yang kasar dalam bahasa Arab, yang wajar adalah
tufiya (wafat, meninggal) yang beliau ulang di dua kitab yang telah disebutkan
tadi. Gaya bahasa Syaikh Ahmad yang menunjukkan kemarahan yang luar biasa yang
bisa dipahami sebagai pelampiasan dari kegeramannya terhadap dampak-dampak dari
gerakan dan ajaran Muhammad bin Abd Wahhab dan pengikutnya.
Pasukan Dinasti Saud saat itu pernah menduduki kota Makkah dan Madinah
yang kemudian memaksa ulama-ulamanya menerima dogma Wahabi. Syaikh Ahmad Zaini
Dahlan menulis kitab ini setelah ibu kota Dinasti Saudi-Wahabi Dir’iyah
ditaklukkan oleh Pasukan Muhammad Ali Pasha atas perintah Dinasti Turki Ustmani
tahun 1818 M. Akibat dari penaklukan itu pembesar-pembesar dari Dinasti
Saud, ada yang dibunuh dan ada yang digelandang sebagai tawanan ke Mesir dan
Turki.
Kemurkaan Syaikh Ahmad Zaini Dahlan kepada penuduh Musyrik
Apa yang membuat sosok Syaikh Ahmad Zaini Dahlan ini sangat geram dan
marah pada Muhammad bin Abd Wahhab ada dua sebab, sebagai berikut:
Pertama, ajaran-ajaran Muhammad bin Abd Wahhab yang mudah mengkafirkan umat
Islam saat itu dengan tuduhan: tauhid mereka tidak sesuai dengan tauhid yang ia
yakini: tauhid uluhiyyah dan tauhid ubudiyyah. Dan tuduhan-tuduhannya pun
sangat keji, seperti menganggap orang yang melalukan tawassul, tabarruk,
meminta syafaat, meminta doa pada Nabi dan orang Saleh lebih musyrik, dan lebih
kafir dari orang Musyrik di era Nabi Muhammad Saw.
Kedua, keonaran, kekacauan, kekerasan, pembunuhan, perampasan, penjarahan
dan pembantaian yang disebut sebagai al-fitnah (kekacauan, petaka) yang berasal
dari pengikut Ibn Abd Wahhab
Mereka memerangi dan membantai orang Islam, merampas harta benda,
perempuan dan anak-anak yang disebut sebagai ghanimah (harta rampasan perang). Orang Islam saat itu dianggap halal diperangi kalau divonis musyrik, kafir dan
tidak mau mengikuti ajaran Ibn Abd Wahhab. [yma]
Baca juga hal terkait :
- Masya Allah.. Wahhabi Ternyata Bukan Bagian Dari Kelompok & Akidah Ahlussunnah Waljamaah
Post a Comment