Hati-Hati, Isu Tentang Biksu Budha Lawan Orang Aceh Kemungkinan Skenario Alihkan Isu Nasional
Oleh : Yanda Mahyalil Aceh
Mudhiatulfata.net - Melihat
dan membaca perkembangan terkini tentang persoalan "ancaman Biksu Ashin Wirathu
terhadap muslim Aceh" kian bertambah hangat saja. Dimulai dari sikap awal
sang Biksu yang tidak terima hasil putusan undang-undang syariah di Aceh dan ia
berlagak keluarkan nada ancaman sehingga membuat persoalan ini pun semakin
melebar.
Kemungkinan
timbul isu tentang Biksu ini, sengaja diskenariokan oleh media-media online
yang ingin mengelabui dan menghebohkan kondisi untuk mengalihkan dan menutupi
persoalan yang ada. Terutama terhadap suhu perpolitikan di Jakarta yang memanas dan isu
nasional lainnya yaitu kasus pengkerdilan hukum dan juga kebangkitan neo-komunisme.
Kemudian
skenario tersebut dikembangkan pula oleh para bloggers pembuat berita yang ikut
meramaikan suasana. Dan itu dilakukannya hanya untuk mencari popularitas media
dan keuntungan bagi para bloggers.
Isu persoalan tersebut kemudian juga ikut disahuti oleh para netizen di media-media sosial yang kian memancing keadaan walau itu serius ataupun sekedar bersenda gurau. Yang uniknya lagi persoalan semakin lucu saat melihat sebagian saudara-saudara kita yang turut ikut-ikutan latah dengan berbagai aksi gaya dan pamer kekuatannya masing-masing merespon hinaan Biksu.
Kalau
mau ditelusuri persoalan, sebenarnya persoalan ini hanya masalah kecil yang
dibesar-besarkan, yaitu kasus dihukumnya beberapa orang warga Tionghoa yang
tertangkap tangan menyabung Ayam. Karena mereka telah melanggar aturan atau
undang-undang syariat, sehingga oleh pihak berwenang menghukumnya sesuai hukum
yang berlaku di Aceh.
Tidaklah
memperbesar persoalan ini bukan bermaksud menolak atau takut pada ancaman Kafir (si Botak) di luar sana, tapi Penulis melihat isu ini sengaja dihembus dan dipolemikan oleh
pihak-pihak tertentu untuk menutup persoalan yang terjadi di Jakarta dan juga
terhadap persoalan yang sedang melilit bangsa Indonesia. Itulah persoalan kasus hukum Ahok &
ancaman bahaya laten komunisme (PKI) yang sekarang telah menjadi isu nasional bagi
Republik ini.
Penulis
mengingatkan khusus bagi umat islam (warga) di Aceh bahwa rakyat Aceh masih memiliki pemimpin (baik
umara dan ulama) dan Bumi Serambi Mekah ini masih merupakan bagian dari NKRI. Alangkah lebih baiknya jika kita semua masyarakat Aceh menaruh harapan dan kepercayaan kepada mereka.
Bagaimana baiknya merespon, bersikap dan menindaklanjuti persoalan ini, apa mesti berjihad atau menyerahkan pada pihak yang berwenang yakni pemerintah. Maka di sini dituntut kedewasaan berpikir kita, dan tidak pula menafikan peran pemimpin negeri, karena permasalahan semacam ini tugas dan kewenangannya pemerintah (dalam hal ini adalah tanggung jawabnya TNI).
Bagaimana baiknya merespon, bersikap dan menindaklanjuti persoalan ini, apa mesti berjihad atau menyerahkan pada pihak yang berwenang yakni pemerintah. Maka di sini dituntut kedewasaan berpikir kita, dan tidak pula menafikan peran pemimpin negeri, karena permasalahan semacam ini tugas dan kewenangannya pemerintah (dalam hal ini adalah tanggung jawabnya TNI).
Bila
memang bangsa ini mendapat masalah, selaku warga taat hukum hendaknya kita
melaporkan kepada pemimpin. Bagaimana dan apa yang mesti dikukan, bukan malah
warga yang sibuk sendiri dan saling unjuk power diri di media-media.
Tidak
rasional bila warga yang sibuk, gabuk / panik sendiri sehingga melupakan peran
pemimpin- pemimpin negeri, apalagi isu yg dihembus berupa ancaman dari musuh
luar negeri. Mana mungkin pemerintah atau TNI berlepas tangan bila bagian dari
NKRI mendapat ancaman.
Apabila
memang persoalan ini serius, maka sudah pasti negara akan perhatian dan menambil
alih. Secara hukum dan undang-undang, apa yang dilakukan Biksu Ashin ingin
menyerang negeri Aceh atau warga muslimin Aceh, tentu melanggar semua aturan dan undang-undang yang ada,
baik segi hukum, teritorial dan lain-lain.
Meskipun oleh Biksu Ashin itu merespon negatif pada persoalannya, tapi sikap kita
tetap harus fokus pada persoalan utama bangsa yang lebih jelas dan serius.
Cukup dan jangan latah dengan isu konyol yang diciptakan tersebut sehingga membuat kita lalai dengannya. Walau kita tetap harus bersikap tegas terhadap ancaman Kafir itu, namun tunggulah saatnya perintah untuk melawan itu dikeluarkan pemimpin.
Apabila umara dan ulama menganggapnya serius dan mengeluarkan perintah untuk melawan, maka bersiaplah untuk melawan (berjihad) tapi apabila tidak dianggap serius maka kita pun harus bersabar, jangan latah dan panik. Tugas kita bersama sekarang tetap harus fokus dan mewaspadai skenario yang ingin membungkam perhatian dari timbulnya gerakan neo komunis. [ ]
Cukup dan jangan latah dengan isu konyol yang diciptakan tersebut sehingga membuat kita lalai dengannya. Walau kita tetap harus bersikap tegas terhadap ancaman Kafir itu, namun tunggulah saatnya perintah untuk melawan itu dikeluarkan pemimpin.
Apabila umara dan ulama menganggapnya serius dan mengeluarkan perintah untuk melawan, maka bersiaplah untuk melawan (berjihad) tapi apabila tidak dianggap serius maka kita pun harus bersabar, jangan latah dan panik. Tugas kita bersama sekarang tetap harus fokus dan mewaspadai skenario yang ingin membungkam perhatian dari timbulnya gerakan neo komunis. [ ]
Post a Comment